Ada 2 macam orang ketika lagi sakit :
Yang pertama adalah seperti saya, ketika sakit langsung mencari pengobatannya. Misalnya lagi sakit batuk, maka saya akan langsung jaga makanan saya. Stop yang goreng-gorengan, minyak-minyakan dan mencari obat untuk mempercepat penyembuhan saya.
Dan tipe kedua adalah kebalikan dari saya, yaitu tipe adik saya. Yang tidak memanjakan penyakitnya. Jadi dia dengan cueknya, akan tetap makan seperti dia tidak sakit batuk. Jadi sakit sedikit langsung cari obat itu bikin kemampuan tubuh untuk menyembuhkan diri sendiri menjadi menurun bahkan menjadi hilang sama sekali.
Ada betulnya juga sih pemikiran seperti itu, tapi kan saya maunya cepet sembuh, pengen beraktivitas lagi dan minum obat itu mempercepat semuanya ( mental instant dimana-mana ya kakak? :D)
Trus bagaimana ya kalau yang sakit bukan tubuhnya, tapi jiwanya? Bukan gila ya maksudnya, tapi gara-gara cara hidup saya yang pengennya cari obat untuk menyembuhkan segala sesuatu eh jadi kebawa sampai ke masalah ‘Penyembuhan hati’…. Dimarahin customer,kerjaan numpuk dan deadline yang ga kekejer, bos yang permintaannya ajubile… semenit bilang pengen terbang pesawat G*ruda, semenit minta di cek pesawat lain, semenit lagi minta cek tanggal lain, abis itu minta jam lain… Ahhhhhhh….langsung hari itu Bad Mood, bete berat dan menurut buku panduan hidup saya dengan level bad mood yang berbeda-beda maka akan ada bermacam-macam treatment pula.
Level pertama ( tidak parah, hanya kesal ) makan coklat atau es krim sudah membantu.
Level kedua ( lumayan parah sampai saya butuh curcol) harus ‘disembuhkan’dengan makan besar dan makan enak. Saya bukan tipe yang doyan makan loh, tapi kalau stress dan bad mood larinya ke makanan ( kepengaruh sama teman-teman yang hobi makan kayaknya… hehehe).
Level terakhir adalah untuk kasus yang paling parahhh deh… maka saya akan melakukan terapi shopping, ngabisin uang ( semakin banyak semakin happy)…dan biasanya diakhiri dengan penyesalan karena pada dasarnya saya adalah perencana keuangan loh..
Well, pada awalnya sih 3 terapi ini berhasil buat saya. Setiap kali bete, kesel maka saya akan memilih 1 dari 3 pilihan diatas. Masalahnya adalah lama-lama saya berasa 3 terapi ini mulai tidak mempan mengembalikan mood saya. Terakhir saya malah merencanakan ke Bali, ngabur sementara dari rutinitas. Dan saya baru sadar, wah kayak gini sih ga bener ya? Next time, saya yakin Bali tidak akan mempan. Saya akan pergi ke Luar Negeri. Trus kalau lama-lama semuanya ga mempan, dan hati saya masih bete, masih sedih. Bagaimana dunk? Terapi apalagi yang harus diambil?
Di saat itulah, saya akhirnya memasukkan terapi level 4 menurut saya yaitu doing nothing. Ga usah diapa-apain deh. Bukankah wajar kalau manusia itu sedih, punya rasa bete? Kita kan bukan robot, yang harus diprogram untuk selalu merasa bahagia. Yupp, kita memang mencari kebahagiaan dan lama-lama rasanya kita sepertinya kecanduan untuk selalu merasa bahagia.. 24 7. Dan seperti kecanduan, yang awalnya dosis kecil akan selalu berakhir dengan dosis yang semakin besar dan besar dan besar sampai akhirnya OD. ( Ouchhh scary isn’t it?)
Let the life doing their own cure … sekarang kadang kalau saya bete, saya tidak mencari coklat atau es krim, saya tidak cari makanan enak, saya juga tidak shopping, dibiarkan aja lah.. tomorrow will be better, let’s keep hoping.
0 comments:
Post a Comment