Saya termasuk orang yang percaya bahwa mata itu bisa berbicara, ada yang istilahnya mata itu ga bohong. Tapi teman saya pernah mencela mengenai hal ini, katanya " kok percaya hal begituan sih?" .
Well, setiap orang bebas berpendapat ya?
Saya suka memperhatikan mata orang ketika berbicara, kadang manusia itu pinter bersandiwara sih, tapi seperti yang saya bilang mata itu berbicara deh. Apakah benar senyum yang menghiasi wajah, itu terpancar dari matanya juga? Ada yang bisa senyum lebar sepanjang pembicaraan, tapi matanya terasa kosong, hampa. You just can't lie with your eyes!
Topik mengenai twinkle in her eyes terinspirasi dengan kejadian nyata , baru saja saya alamin kemarin.
Saya bersyukur karena sebagai manusia, Tuhan menciptakan suatu rasa yang namanya rasa empati, rasa kasihan, rasa ingin menolong orang lain. Dan saya bersyukur terlebih lagi karena keluarga saya memberikan contoh baik mengenai rasa peduli terhadap sesama.
Berawal dari cerita saya mengenai seorang ai (panggilan untuk tante) pemulung di daerah kompleks kantor saya . Seorang ibu yang kira-kira seumuran dengan mama saya, dengan 4 anak. Yang demi memenuhi kebutuhan hidupnya terpaksa harus menjadi pemulung. Suaminya meninggal dengan mendadak, membuat ai yang tidak punya kemampuan apa-apa mengambil keputusan untuk jadi pemulung.
Saya jelas tidak tega melihat keadaan ai, dan seorang koki saya pernah memberikan satu nasihat bagus sekali. Dia pernah bilang ketika itu ada seorang pengemis datang di restoran saya, " Jangan cuma bilang kasihan saja. Kalau mulut sudah keluar kata "kasihan ya?", dompet musti buka kasi uang ke orang itu"
Sejak itu, setiap saya merasa kasihan terhadap orang, kalau saya tidak mau keluarin uang buat bantu tuh orang, mending jangan sampai ada kata " kasihan ya?" meluncur dari mulut saya.
Saya mempunyai belief system yang mengatakan tidak ada hal yang kebetulan di dunia ini. Sejak pertemuan pertama, saya memang sudah tergerak untuk membantu si ai. Waktu itu saya pikir, maybe cuma kesempatan hari ini saya bisa ketemu dia, jadi saya tidak mau ada penyesalan yang timbul karena saya tidak melakukan apa-apa padahal kesempatan diberikan bagi saya untuk berbuat sesuatu.
Tapi ternyata pertemuan pertama berlanjut dengan pertemuan-pertemuan berikutnya, sampai akhirnya saya menjadi rutin mengumpulkan botol-botol plastik untuk diberikan kepada ai dan juga bantuan uang. Keluarga saya tahu mengenai ai ini karena di rumah, saya sampai membeli tempat sampah khusus botol plastik. Jadi semua orang dirumah, juga membantu saya mengumpulkan botol-botol plastik.
Sampai suatu hari, saya mengambil foto si ai secara candid, tujuannya agar keluarga saya tahu bahwa ini loh orang yang selama ini saya ceritakan, keadaannya ya seperti ini. Kurus dan tua tapi harus memanggul karung berisi botol plastik dan karton bekas yang berat.Adik saya dan papa saya langsung berespon terhadap foto yang baru saja terkirim di bb group family.

Papa terus bertanya-tanya soal si ai, kapan saya ketemu dia lagi? Kasihan ya, kurus sekali si ai. Dan akhirnya dia mengutarakan kalau dia mau membelikan 10 kg beras untuk si ai.
Akhirnya saya menyampaikan niat baik papa kepada ai, saya serahkan 10 kg beras dan dia berterima kasih.
Keesokan harinya, kita bertemu lagi . Ai abis melakukan 'penyetoran' botol-botol plastik yang sudah dia kumpulkan dan saya sedang membeli makan siang .
Tahu apa yang dia lakukan saat itu? Dia pegang tangan saya dan melihat saya mata ke mata dan berkata," Terima kasih ya, papa kamu biar panjang umur. Anak-anak saya juga bilang terima kasih"
Mata nya ketika itu, sangat tulus dan benar-benar berterima kasih. Saya hanya bisa diam saja, menatap balik ke matanya dan tersenyum. Andai saja, mata saya punya kemampuan buat men-capture mata si ai, lalu bisa saya upload ke blog ini deh.. :D
Hari itu, saya sudah mendapatkan reward tak terlupakan ketika bisa berbuat baik, ucapan terima kasih yang keluar bukan melalui kata-kata saja tetapi lewat mata yang bersyukur.
Terima kasih Tuhan untuk satu kesempatan lagi untuk berbagi kebaikanMu dengan orang lain.
0 comments:
Post a Comment