Thursday, July 7, 2011

Musikal Laskar Pelangi





Dengan para Jenius MLP : Riri Riza (Director); Mira Lesmana (Producer); Erwin Gutawa   ( Music Composer)



Jam menunjukkan pukul 11.00 dan kami sibuk memilah milih  makanan apa yang akan kami order di daftar menu. Oke, (pengakuan ) bukan jam 11 siang maksudnya jam 11 malam dan kami semua sudah tidak peduli lagi dengan niat diet dan aturan "jam makan malam terakhir."
"Hati senang...Perut senang..ayo makan aja" ajak Ci Martha yang sudah beberapa minggu ini sedang giat-giatnya diet tanpa makan malam, ternyata malam itu dia dan Ko Tonny yang paling kalap ( hadeehhh).
" ... dan tidur senang " sambung Ko Tonny, dilanjutkan dengan tawa kami berlima.

Yaa..malam itu, tanggal 3 Juli 2011. Kami berlima : Ci Martha, Ko Tonny, Lisa, Dede, dan saya baru saja selesai menyaksikan pertunjukan drama musikal Laskar Pelangi, drama yang sudah saya tunggu-tunggu dari bulan Januari sejak pertama kali saya menontonnya. Laskar Pelangi merupakan drama musikal pertama yang saya tonton dan ternyata sanggup membuat saya terpukau sehingga saya ingin menontonnya lagi dan kali ini saya pergi dengan teman-teman yang penasaran juga dengan "kehebatan" drama musikal ini yang konon di  pertunjukkan pertamanya 17 Desember 2010 -9  Januari 2011 telah menyedot perhatian 25.000 penonoton !!! ( Angkat topi, tepuk tangan, acungin jempols )

Pengalaman pertama menonton drama musikal ini merupakan pengalaman yang tak terlupakan, secara saya belum pernah sama sekali menonton teater. Masih terpatri jelas dalam benak saya, tanggal 5 Januari 2011 hari rabu, saya harus meminta ijin kantor untuk mengantri tiket di TIM. Bela-belain naik ojek,malah becek ( buat yang mengenal baik saya, mereka pasti tahu kalau saya tidak mau keluar rumah kalau diluar itu becek), ngantri 1,5 jam tanpa kepastian tiket yang masih tersisa ( sebelum tiket box di buka, sudah ada desas desus bahwa tiket yang tersisa cuma sekitar 20-30 saja, padahal yang antri sudah puluhan orang panjangnya), dan akhirnya saya termasuk beruntung karena masih bisa mendapatkan 2 tiket kelas 2. :)

Saya pun memasuki teater di lantai 2. Saya benar-benar tidak punya bayangan sama sekali mengenai apa yang akan saya tonton. Bakalan bagus ga ya? Lumayan kan tiketnya Rp. 250.000,- Pikiran itu yang muncul sebelum pertunjukkan dimulai. Jujur saja, teater merupakan tontonan mahal. Bayangkan range harganya antara Rp. 100.000 - Rp. 750.000 ... ah maklum, saya cuma penonton bioskop yang range harga cuma di kisaran Rp. 20.000 - Rp. 50.000 ( itu pun masih bisa diskon karena pakai kartu kredit B*A, buy 1 get 1 cuyyy!), tapi pertunjukkan malam itu full house, artinya biarpun tiketnya mahal tapi ludesss....

Show time! Saya kaget ada minibus di panggung. What?? ternyata panggung teater besar juga ya? Dan saya terus terpukau dengan pergantian adegan demi adegan. Saya pernah ke Belitung dan saya tahu pantai disana indah dengan batu-batu besarnya dan itu saya lihat di panggung itu, batu besar, hujan , bahkan pelangi dalam ruangan. Jenius! Nyanyiannya indah sekali, tanpa cacat! ( hebat kan? mereka bisa hafal sebegitu banyak nyanyian tanpa salah ). Dan wow..musiknya luar biasa, bagus sekali. Wah kalau bisa dibandingkan, mungkin musikalitasnya seperti dalam film ' Sounds of Music'. Keren banget deh Mas Erwin ( makin nge-fans).
Emosi penonton pun dibawa naik turun , dari tertawa geli melihat kelakuan Kucai yang protes ketika menjadi ketua kelas, atau adegan jatuh cinta antara Ikal dan Aling, serta gerakan tari Mahar yang jenaka waktu ikut karnaval hingga ke peristiwa klimaks mengenai kematian Pak Harfan, kematian ayah Lintang dan perpisahan Lintang dengan kawan-kawan sekelasnya ( dua kali menetaskan air mata di adegan ini :( )

Tentu saja ini cerita dengan happy ending. 10 murid itu ternyata sudah berhasil, ada yang menjadi pedagang, seniman, guru, pemilik kebun, bahkan Ikal tokoh sentral cerita ini telah menjadi penulis best seller dan akhirnya cerita ini bisa diangkat ke film bahkan ke teater. Keyakinan yang dimiliki sang guru tidak sia-sia, walaupun pada awalnya semua mencemooh, banyak halangan dan rintangan ( kematian Pak Harfan jelas yang paling membawa dampak), sempat berhenti mengajar tapi akhirnya dia melanjutkan perjuangannya untuk terus mengajar.

Selesai menonton, saya tersenyum  (selalu merasa ada yang terpuaskan dalam batin ketika habis menonton karya yang bagus), nulis status di bb "MLP Kereennn", nge-tweet ke accountnya Mira Lesmana sang produser ( dan senangnya lagi, dia me-retweet). Dan tiba-tiba saya terpikirkan beberapa film hollywood dengan genre yang sama, seorang guru yang percaya kepada murid-muridnya. Biasanya murid-muridnya adalah yang paling bandel, ga bisa diatur, ga punya harapan lah kalau mereka bisa berhasil. Tapi nyatanya berhasil ( Nonton deh film freedom writter). Saya suka film seperti itu, karena sayapun merasa seperti murid-murid itu. Dulu saya pernah merasa hidup saya tidak ada harapan lagi untuk memiliki masa depan yang baik, tapi ada orang yang memiliki keyakinan dalam diri saya dan mereka tidak menyerah kepada kenakalan, pemberontakan, keras kepala saya. I think the world would be a better place, when we have faith and hope to others, that they can be a better person if we don't give up to them.

Malam itu, saya senang sekali ketika melihat senyum-senyum yang menghiasi wajah teman-teman saya. Mereka bilang dramanya bagusssss bangetttttt........apalagi hari itu, kita sempat berfoto-foto dengan Mira Lesmana, Riri Riza, Erwin Gutawa, Jay subyakto, Lisa Depe, Dira Sugandi. Hunting foto kayak anak abege..hahaha...
Hmm....saya masih kepengen nonton untuk ke-3 kalinya, kali ini siapa yang mau beliin saya tiketnya ya? :D

Bersama Mira Lesmana dan Jay Subyakto

Bu Guru Muslimah dunk...
Sasaknya ga nahan .. ( Lisa Depe)